Hitam Jadi Putih
BAGIAN 4 : PERTEMUAN DENGAN ADIKKU
"Apa ?!?! Tidak mungkin. Ini mustahil ! Kau ..... Heydar Reina !"
"Selamat pagi kakak ! Bagaimana kabarmu ?"
"Cih..... bodoh !!! Kenapa kau bisa bersama Nichola ? Kemari kau Reina !!!"
"Maaf kakak, ..... tapi aku tidak bisa. Atau lebih tepatnya, aku tidak mau."
"Hee.... ? Kenapa Reina ? Dia itu bukanlah orang yang benar. Dia merampas kebahagiaaan umat manusia dulu. Jangan-jangan , kau yang membuka segelku dan membangkitkannya ?"
"Kau benar ."
"Kenapa kau malah membangkitkan dia ? Dia hanya akan membawa bencana bagi dunia ini."
"Hmmm..... yang pertama, aku ingin menjadi lebih kuat dari siapapun. Maka dari itu aku membangkitkannya agar aku bisa lebih kuat. Dia akan mengajariku. Yang kedua, aku lebih membencimu daripada Nichola, karena kau telah membunuh ayah dan ibu !"
"Kau tak mengerti Reina ! Aku melakukan itu karena ada alasannya."
"Aku tak mau tahu ! Setelah ini jangan pernah anggap aku adikmu lagi !"
"Bagaimana mungkin aku melakukan itu !Tidak akan, kau adalah keluarga satu-satunya yang aku miliki sekarang."
"Ya, Reina ,... kurasa sudah cukup temu kangennya dengan kakakmu. Sudah waktunya untuk pergi. Ayo !"
"Sampai jumpa lagi kakak. Jaga dirimu baik-baik. Dark Elements - Dark Lightning Flash."
"Cih,.... sialan !!! Tak akan kumaafkan Nichola setelah ini. Rei, lepaskan kekkaimu !"
"Baiklah .... "LEPAS". Apakah itu adikmu ? Aku tak pernah melihatnya lagi semenjak peristiwa itu. Kukira dia sudah mati. "
"Tidak. Waktu itu dia kuperintahkan untuk pergi dari kota ini."
"Oh, begitu rupanya. Jadi, apakah kau akan membiarkannya bersama Nichola ? Aku yakin dia hanya akan dimanfaatkan. "
"Kau tahu apa jawabannku. Aku akan membinasakan Nichola dari dunia ini tanpa harus melukai adikku."
"Hahaha.... kalau begitu, aku akan selalu siap membantumu kapanpun kau membutuhkanku. Dan saat itu juga, kita bawa adikmu kembali. "
"Ya.... kau benar . Terima kasih banyak Rei."
{Dark Elements-Dark Lightning Flash : Salah satu kemampuan milik Heydar Reina untuk berpindah tempat dengan perantara petir hitam}
Aku pun tak pernah menyangka kalau aku akan bertemu adikku lagi disini. Dan juga yang tak habis kubingungkan adalah dia membuka segel yang kubuat dan membangkitkan Lord Angel. Untungnya aku bukan tier orang yang mudah emosi. Jika saja aku seperti itu, mungkin kota ini sudah rata dengan tanah dari tadi.
Tak lama setelah mereka pergi, terdengar suara langkah lari seseorang menuju ke ruang perpustakaan . Dan ternyata .....
***Dari sudut pandang lain***
Aku bergegas memasuki ruangan, dan ....
"Dimana mereka ? Apakah sudah pergi ?"
"Aree ..... kenapa kau kesini Kadinda ? Iya, mereka baru saja pergi ..."
"Akkhhhhh..... sialan, aku terlambat. Kenapa kau biarkan mereka pergi Elsworth-san ? Padahal kau bisa langsung membunuh mereka."
"Dasar bodoh ! Bagaimana mungkin aku membunuh adikku sendiri !"
"Eee..... mmm, maafkan aku, aku lupa kalau kau adlah kakaknya. Sudahlah , lupakan saja ."
"Tidak, tidak bisa kulupakan begitu saja. Akan kucari cara untuk menyelamatkan adikku."
"Ya, kau benar, .... aku akan siap membantumu kapanpun, Ngomong-ngomong, siapa dia Elsworh-san ?"
"Oh, perkenalkan, dia adalah Rei Yasutora, mantan prajurit tebaikku dan juga temanku satu-satunya sekarang."
Sejenak aku diam, tak pernah terlintas dibenakku kalau masih ada orang yang hidup pasca kejadian itu. Karena saat itu, Elsworth benar-benar membumi hanguskan seluruh kota tanpa memandang mana musuh, mana kawan, semua rata tak bersisa. Imbasnya, banyak prajuritnya sendiri yang menjadi korban.
"Oh, Rei, salam kenal. Aku Kadinda Ervita."
"Ya, salam kenal Kadinda-san. Sebenarnya aku sudah tahu kau semenjak kau menginjakkan kaki di kota ini. Soalnya, aku sudah memasang teknikku untuk memantau kota ini."
"Ummmm... tidak sopan kau !"
"Yahh... mau bagaimana lagi, ini semua perintah dari Elsworth. hahaha....."
"Heee.... kau yang menyuruhnya Elsworth-san ? ternyata kau sudah tau dari awal rupanya."
"Tidak. Aku tidak tahu, atau lebih tepatnya belum tau. Karena , Rei kuperintahkan untuk melapor padaku setiap 3 hari sekali, dan kau datang setelah Rei memberi laporan terbarunya. Jadi, aku taktahu banyak tentangmu."
"Ya, sudahlah.... tapi syukurlah, Itu berarti, kau benar-benar melakukan sesuatu yang berguna untuk kota ini."
Tak pernah kupikirkan juga kalau Elsworth sudah mempersiapkan semua ini. Tapi menurutku itu wajar saja, dia Dewa Perang Kegelapan, apapun bebas dilakukannya.
Selain untuk mengejar Lord Angel dan juga adiknya Elsworth, yang akhirnya gagal kukejar, aku punya maksud lain menghampiri Elsworth-san. Aku ingin mengajaknya untuk pergi berbelanja kebutuhanku di swalayan. Apalagi saat ini aku hanya memiliki baju yang kupakai.
"Anoo, Elsworth-san, emmm....."
"Ada apa ?"
"Emm .... bagaimana yah ..."
"Cepat katakan saja, sebelum aku berubah pikiran dan tak mau menemanimu."
"Heee...?!?!? K-k-k...kau sudah tahu maksudku ?" tanyaku gugup sambil menahan malu.
"Tentu saja.Selama kau berada di dalam radius 1 kilometer dariku, aku bisa tau apa saja yang kau pikirkan. Tapi aku tak akan dengan sengaja membaca semua apa yang ada di pikiranmu."
"Mmmm.... baiklah Elsworth-san , tolong temani aku berbelanja, kumohon ...."
"Hmmm..... bagaimana yaa.... emmm, sebenarnya aku malas dan sedang ingin membaca buku di perpustakaan sembari bersantai."
"Ayolah..."
"Baiklah.... kupikir tak ada salahnya aku menemani gadis sepertimu."
"Yeayyyy..... terima kasih Elsworth-san."
"Rei, tolong simpan bukuku ini, akan kulanjutkan membacanya lain waktu."
"Umm,... baiklah. Kalau diperhatikan, kalian cukup serasi."
"Hee.... ?? Benarkah ? Syukurlah kalau begitu ..."
"Wee... ??? Cocok darimana ? Syukurlah gundulmuu ! Kau diam saja Rei !"
"Maaf... maaf... tapi, kuyakin gadis itu akan merubahmu, tantunya ke arah yang lebih baik. Karena sebelum ini, kau kan tak mau berurusan dengan wanita."
"Mmm.... mungkin saja. Sudahlah , Ayo Kadinda, sebelum aku berubah pikiran."
"Iyaa.... ayoo !"
Aku merasa senang karena pada akhirnya, Elsworth mau menemaniku, sungguh diluar ekspetasiku. Lalu kami pun berjalan bersama menuju swalayan di kota.
***Kembali ke sudut pandang tokoh utama***
Aku sebenarnya tak begitu paham, kenapa diriku manyetujui saja ajakan Kadinda, Gadis ini benar-benar memberi dampak yang besar dengan cepat padaku. Namun kupikir ada sedikit untungnya aku bersama gadis ini. Karena dalam akhir-akhir ini, aku merasa bisa menekan emosiku, atau lebih tepatnya dalam 24 jam terakhir.
Selain itu, bahan persediaan makanan di rumah sudah mulai menipis. Sekalian saja aku membelinya sembari menemani Kadinda. Sambil berjalan menuju swalayan, aku aja dia mengobrol sedikit.
"Hei Kadinda, apa kau tidak takut denganku ? Padahal aku bisa saja membunuhmu kapanpun kumau."
"Mengapa aku harus takut padamu ? Karena aku yakin kau tak akan melakukan hal itu padaku."
"Hahaha..... yakin sekali dirimu."
"Ya begitulah, karena kau sebenarnya baik, dan suka dengan kedamaian. Dan satu lagi, kau juga cukup tampan bagiku ." mengatakannya sambil tersipu malu.
"Cih.... kau mau menggodaku ya ? Tak akan mempan bagiku."
"Ehh... kita sudah sampai."
Di dalam swalayan kami menuju stand pakaian untuk mencari beberapa pasang kaos dan dress untuk keseharian Kadinda . Lalu setelah itu, kami mengambil beberapa buku dan alat tulis serta beberapa keperluan sekolah. Kemudian kami menuju stand kebutuhan persediaan makanan, mengambil sayuran, beberapa daging dan mie instan, juga beberapa roti untuk seminggu kedepan.
Kadinda lalu bilang padaku kalau semuanya sudah cukup, dan mengajakku ke kasir untuk membayarnya .
"Semuanya jadi 840.000 rupiah."
"Heeee ?!?! ,,. dimana ya dompetku ? Kenapa tidak ada di dalam tasku ?"
"Cobalah ingat-ingat dulu dimana kau terakhir kali menaruhnya ."
"Woaaa... aku ingat, dompetku semalam aku ambil dari tas dan kuletakkan di rak meja."
"Uhhhhh..... kau ini, sungguh teledor ! Lain kali, jangan melupakan barang yang penting bagi kehidupanmu . Semuanya jadi 840.000 rupiah kan ? Ini ambilah, gunakan saja kartu kreditku."
"Terima kasih sudah berbelanja ! Datang kembali yaa.... "
Kami pun berjalan keluar swalayan...
"Maafkan aku Elsworth-san, karena kecerobohanku membuatmu membayar semuanya. Aku tak enak padamu, apalagi sebagian belanjaan itu adalah milikku."
"Sudahlah, lupakan. Aku punya banyak uang untuk hidup, lagipula aku jarang menggunakannya selain untuk membayar keperluan sekolah dan rumah."
"Hehehe..... baiklah, tapi terima kasih pokoknya ! ", sambil tersenyum
"Setelah ini kita mau kemana Elsworth-san ?"
"Aku ingin ke tempat favoritku di kota ini, untuk menikmati akhir dari sore ini."
"Heee... ?? Ternyata orang sepertimu punya tempat seperti itu juga ya ? Sulit dipercaya."
"Aku juga butuh bersantai dan menjernihkan pikiran, walau aku seorang iblis."
"Hahaha.... kau bukan iblis, kau adalah Malaikat berwujud cowok tampan."
"Cihh... lagi lagi kau menggombal ! Aku tak akan tergoda padamu ..... Ya, kita sudah sampai."
Kami pun sampai di sebuah tempat pinggir sungai, tampat favoritku untuk bersantai dan menikmati mentari serta angin sore yang sejuk.
"Menakjubkan Elsworth-san .... tempat ini sungguh indah. Tak kusangka kota yang pernah musnah ini bisa dengan cepat berkembang kembali dan memiliki tempat seindah ini."
"Begitulah,..... "
Kadinda pun ikut duduk di sebelahku dan menikmati angin sore serta terbenamnya matahahari. Kuyakin bila ada teman di kelas yang melihat aku dan Kadinda berduaan begini akan menjadi gosip besar. Tapi, aku tak terlalu mempermasalahkannya.
Matahari pun terbenam, suara gemercik air sungai terdengar tenang . Burung-burung pergi ke sarangnya seraya lampu-lampu kota mulai gemerlip menerangi kota ini. Kamipun berjalan bersama pulang ke rumah.
Aku merasa nyaman, tak pernah merasa senyaman ini sebelumnya, mungkin juga karena ada gadis ini . Hidupku tak akan sendirian lagi . (Bersambung, disini )
"Dasar bodoh ! Bagaimana mungkin aku membunuh adikku sendiri !"
"Eee..... mmm, maafkan aku, aku lupa kalau kau adlah kakaknya. Sudahlah , lupakan saja ."
"Tidak, tidak bisa kulupakan begitu saja. Akan kucari cara untuk menyelamatkan adikku."
"Ya, kau benar, .... aku akan siap membantumu kapanpun, Ngomong-ngomong, siapa dia Elsworh-san ?"
"Oh, perkenalkan, dia adalah Rei Yasutora, mantan prajurit tebaikku dan juga temanku satu-satunya sekarang."
Sejenak aku diam, tak pernah terlintas dibenakku kalau masih ada orang yang hidup pasca kejadian itu. Karena saat itu, Elsworth benar-benar membumi hanguskan seluruh kota tanpa memandang mana musuh, mana kawan, semua rata tak bersisa. Imbasnya, banyak prajuritnya sendiri yang menjadi korban.
"Oh, Rei, salam kenal. Aku Kadinda Ervita."
"Ya, salam kenal Kadinda-san. Sebenarnya aku sudah tahu kau semenjak kau menginjakkan kaki di kota ini. Soalnya, aku sudah memasang teknikku untuk memantau kota ini."
"Ummmm... tidak sopan kau !"
"Yahh... mau bagaimana lagi, ini semua perintah dari Elsworth. hahaha....."
"Heee.... kau yang menyuruhnya Elsworth-san ? ternyata kau sudah tau dari awal rupanya."
"Tidak. Aku tidak tahu, atau lebih tepatnya belum tau. Karena , Rei kuperintahkan untuk melapor padaku setiap 3 hari sekali, dan kau datang setelah Rei memberi laporan terbarunya. Jadi, aku taktahu banyak tentangmu."
"Ya, sudahlah.... tapi syukurlah, Itu berarti, kau benar-benar melakukan sesuatu yang berguna untuk kota ini."
Tak pernah kupikirkan juga kalau Elsworth sudah mempersiapkan semua ini. Tapi menurutku itu wajar saja, dia Dewa Perang Kegelapan, apapun bebas dilakukannya.
Selain untuk mengejar Lord Angel dan juga adiknya Elsworth, yang akhirnya gagal kukejar, aku punya maksud lain menghampiri Elsworth-san. Aku ingin mengajaknya untuk pergi berbelanja kebutuhanku di swalayan. Apalagi saat ini aku hanya memiliki baju yang kupakai.
"Anoo, Elsworth-san, emmm....."
"Ada apa ?"
"Emm .... bagaimana yah ..."
"Cepat katakan saja, sebelum aku berubah pikiran dan tak mau menemanimu."
"Heee...?!?!? K-k-k...kau sudah tahu maksudku ?" tanyaku gugup sambil menahan malu.
"Tentu saja.Selama kau berada di dalam radius 1 kilometer dariku, aku bisa tau apa saja yang kau pikirkan. Tapi aku tak akan dengan sengaja membaca semua apa yang ada di pikiranmu."
"Mmmm.... baiklah Elsworth-san , tolong temani aku berbelanja, kumohon ...."
"Hmmm..... bagaimana yaa.... emmm, sebenarnya aku malas dan sedang ingin membaca buku di perpustakaan sembari bersantai."
"Ayolah..."
"Baiklah.... kupikir tak ada salahnya aku menemani gadis sepertimu."
"Yeayyyy..... terima kasih Elsworth-san."
"Rei, tolong simpan bukuku ini, akan kulanjutkan membacanya lain waktu."
"Umm,... baiklah. Kalau diperhatikan, kalian cukup serasi."
"Hee.... ?? Benarkah ? Syukurlah kalau begitu ..."
"Wee... ??? Cocok darimana ? Syukurlah gundulmuu ! Kau diam saja Rei !"
"Maaf... maaf... tapi, kuyakin gadis itu akan merubahmu, tantunya ke arah yang lebih baik. Karena sebelum ini, kau kan tak mau berurusan dengan wanita."
"Mmm.... mungkin saja. Sudahlah , Ayo Kadinda, sebelum aku berubah pikiran."
"Iyaa.... ayoo !"
Aku merasa senang karena pada akhirnya, Elsworth mau menemaniku, sungguh diluar ekspetasiku. Lalu kami pun berjalan bersama menuju swalayan di kota.
***Kembali ke sudut pandang tokoh utama***
Aku sebenarnya tak begitu paham, kenapa diriku manyetujui saja ajakan Kadinda, Gadis ini benar-benar memberi dampak yang besar dengan cepat padaku. Namun kupikir ada sedikit untungnya aku bersama gadis ini. Karena dalam akhir-akhir ini, aku merasa bisa menekan emosiku, atau lebih tepatnya dalam 24 jam terakhir.
Selain itu, bahan persediaan makanan di rumah sudah mulai menipis. Sekalian saja aku membelinya sembari menemani Kadinda. Sambil berjalan menuju swalayan, aku aja dia mengobrol sedikit.
"Hei Kadinda, apa kau tidak takut denganku ? Padahal aku bisa saja membunuhmu kapanpun kumau."
"Mengapa aku harus takut padamu ? Karena aku yakin kau tak akan melakukan hal itu padaku."
"Hahaha..... yakin sekali dirimu."
"Ya begitulah, karena kau sebenarnya baik, dan suka dengan kedamaian. Dan satu lagi, kau juga cukup tampan bagiku ." mengatakannya sambil tersipu malu.
"Cih.... kau mau menggodaku ya ? Tak akan mempan bagiku."
"Ehh... kita sudah sampai."
Di dalam swalayan kami menuju stand pakaian untuk mencari beberapa pasang kaos dan dress untuk keseharian Kadinda . Lalu setelah itu, kami mengambil beberapa buku dan alat tulis serta beberapa keperluan sekolah. Kemudian kami menuju stand kebutuhan persediaan makanan, mengambil sayuran, beberapa daging dan mie instan, juga beberapa roti untuk seminggu kedepan.
Kadinda lalu bilang padaku kalau semuanya sudah cukup, dan mengajakku ke kasir untuk membayarnya .
"Semuanya jadi 840.000 rupiah."
"Heeee ?!?! ,,. dimana ya dompetku ? Kenapa tidak ada di dalam tasku ?"
"Cobalah ingat-ingat dulu dimana kau terakhir kali menaruhnya ."
"Woaaa... aku ingat, dompetku semalam aku ambil dari tas dan kuletakkan di rak meja."
"Uhhhhh..... kau ini, sungguh teledor ! Lain kali, jangan melupakan barang yang penting bagi kehidupanmu . Semuanya jadi 840.000 rupiah kan ? Ini ambilah, gunakan saja kartu kreditku."
"Terima kasih sudah berbelanja ! Datang kembali yaa.... "
Kami pun berjalan keluar swalayan...
"Maafkan aku Elsworth-san, karena kecerobohanku membuatmu membayar semuanya. Aku tak enak padamu, apalagi sebagian belanjaan itu adalah milikku."
"Sudahlah, lupakan. Aku punya banyak uang untuk hidup, lagipula aku jarang menggunakannya selain untuk membayar keperluan sekolah dan rumah."
"Hehehe..... baiklah, tapi terima kasih pokoknya ! ", sambil tersenyum
"Setelah ini kita mau kemana Elsworth-san ?"
"Aku ingin ke tempat favoritku di kota ini, untuk menikmati akhir dari sore ini."
"Heee... ?? Ternyata orang sepertimu punya tempat seperti itu juga ya ? Sulit dipercaya."
"Aku juga butuh bersantai dan menjernihkan pikiran, walau aku seorang iblis."
"Hahaha.... kau bukan iblis, kau adalah Malaikat berwujud cowok tampan."
"Cihh... lagi lagi kau menggombal ! Aku tak akan tergoda padamu ..... Ya, kita sudah sampai."
Kami pun sampai di sebuah tempat pinggir sungai, tampat favoritku untuk bersantai dan menikmati mentari serta angin sore yang sejuk.
"Menakjubkan Elsworth-san .... tempat ini sungguh indah. Tak kusangka kota yang pernah musnah ini bisa dengan cepat berkembang kembali dan memiliki tempat seindah ini."
"Begitulah,..... "
Kadinda pun ikut duduk di sebelahku dan menikmati angin sore serta terbenamnya matahahari. Kuyakin bila ada teman di kelas yang melihat aku dan Kadinda berduaan begini akan menjadi gosip besar. Tapi, aku tak terlalu mempermasalahkannya.
Matahari pun terbenam, suara gemercik air sungai terdengar tenang . Burung-burung pergi ke sarangnya seraya lampu-lampu kota mulai gemerlip menerangi kota ini. Kamipun berjalan bersama pulang ke rumah.
Aku merasa nyaman, tak pernah merasa senyaman ini sebelumnya, mungkin juga karena ada gadis ini . Hidupku tak akan sendirian lagi . (Bersambung, disini )
Beri kritik dan saran di kolom komentar, dan subscribe ya ^_^
Arigatou gozaimasu ...
Source : Karya penerbit
0 komentar:
Posting Komentar