Rabu, 27 April 2016

Hitam Jadi Putih Bagian Kedelapan

Hitam Jadi Putih

BAGIAN 8 : DI LUAR KELAS

*** Dari sudut pandang lain ***

     Aku sendiri merasa diantara bodoh dan terlalu berani karena nekat melawan kakakku. Dilihat dari sudut peluang, aku tak memilikinya sama sekali. Peluang untuku bisa menang 0%. Bahkan, walau aku bersama Nichola pun, itu tak sanggup untuk bisa menambah peluangku. Tapi setidaknya aku harus bisa membuat Nichola percaya kepadaku kalau aku memang berniat membunuh kakakku.
     Dengan begitu, aku bisa memanfaatkannya Nichola untuk tujuanku yang sebenarnya. Sampai saat itu, aku harus bergabung dengannya. Baru setelah itu, kuselesaikan dia.



  "Jadi, apa rencanamu Reina ? Kau tahu kan bagaimana kuatnya kakakmu ..."
  "Yah, aku sudah mempunyai sebuah rencana.  Tapi itu semua butuh sedikit waktu. Setidaknya 4 hari untuk membuat rencana ini bekerja. "
  "Apa itu ? Katakan padaku. Aku dengan senang hati akan membantumu. "
  "Mmmm.... baiklah. Begini, pertama tama, bisakah kau membua cahaya bulan 20% lebih cerah ? Terutama ditanggal 12, 13, dan 14 Februari bulan ini. "
  "Itu soal mudah, lalu apa lagi ?"
  "Setelah itu, aku akan membangkitkan orang ini. Dia satu-satunya orang yang tau bagaimana cara melukai kakakku. Dulu dia pernah bertarung melawan  kakakku dan berhasil membuat lengan kakakku "tergores" ."
  "Apaa kau bercanda ? Hanya tergores ?"
  "Setidaknya berhasil mengenainya, itu sudah cukup untuk menambah peluang kita. Daripada dirimu, berhasil mendekati saja tidak, serangan membabi butamu tak ada yang mengenainya, Bodoh !"
  "Hahha.... waktu itu berbeda. Aku dipenuhi dengan kebingungan, tak tahu apa yang harus kulakukan untuk menghadapi makhluk seperti kakakmu, jadi kulakukan serangan sporadis saja."
  "Cih, dasar alasan saja kau ini.... sudah pokoknya lakukan apa yang kurencanakan ini. "
  "Ya, baiklah. Adik dari raja kegelapan."

*** Kembali ke sudut pandang tokoh utama ***

     Kuawali lagi pagiku dengan berangkat ke sekolah. Setelah kejadian Radicky Kogo, kurasa keadaan kota pun sudah kembali normal. Kadinda juga seperti biasa, selalu riang dan cerewet.
     Dan akhir-akhir ini, Kadinda pergi ke sekolah bersamaku. Sejujurnya aku merasa sedikit aneh, berangkat ke sekolah berjalan kaki berdua dengan seorang gadis. Apalagi denganlevel kecantikan seperti Kadinda, sungguh menggangguku. Karena di negara ini, jika seorang pria berjalan berdua dengan seorang gadis, itu menandakan adanya sebuah hubungan (pacaran).
     Bahkan teman-teman laki-laki di sekolahku terutama di kelas terlihat cemburu padaku. Dan sebaliknya, teman-teman gadis di kelasku malah tak suka jika Kadinda dekat denganku. Entah karena apa, tapi ada isu yang beredar kalau aku cukup dikagumi oleh banyak gadis di sekolah karena wajahku lumayan tampan dan sifatku yang dingin/ kalem.

  "Emm, Elsworth-san, mau ke kantin bersamaku ?"
  "Mmm, kurasa tidak. Aku tidak lapar. Aku disini saja."
  "Huhhh.... ayolah ikut saja !" sambil menarik tanganku. "Apa hidupmu tak suram setap hari hanya duduk di bangkumu saja sambil membaca buku. Kau juga perlu keluar kelas !"
  "Humm,... aku sudah melakukannya. Ke perpustakaan, lorong sekolah, dan kamar mandi."
  "Maksudku selain tempat tempat itu Elsworth-san "
  "Ya baiklah, kalu dipikir pikir tak ada salahnya sekali kali mengikuti maumu."

Kemudian kami berjalan menuju kantin ...

  "Hei Kadinda, lepaskan tanganmu dari tanganku. Lihat ekspresi para laki-laki itu !"
  "Memang kenapa ?, biarkan saja "
  " Heee, ?!?! mana bisa. Di negara ini, jika kita terlihat sedekat ini, mereka bisa mengasumsikan kita adalah seorang kekasih."
  "Waah, benarkah ? Kalau begitu kau bilang saja kalau kita memang sepasang kekasih. "
  "Whattt ??? "
  "Hahaha.... kau lucu sekali Elsworth-san, wajahmu memerah tuh. Jangan-jangan kau memang menyukaiku ?"
  "Dasar ! Jangan geer kau ...Pokoknya lepaskan saja tanganmu. Kau bebas melakukannya lagi setelah kita pulang sekolah nanti."
  "Ya, baiklah ..."

Menghentikan langkahku di depan papan pengumuman.

  "Kenapa berhenti Elsworth-san ?"
  "Aku baru sadar kalau sebentar lagi akan diadakan festival budaya."
  "Owh itu, terang saja kau tak tau. Hidupmu hanya di kelas saja, bagaimana mau bisa tau."
  "Cih, berisik kau ."
  "Hahaha.... ngomong-ngomong aneh sekali kau tertarik dengan hal sepele seperti ini. Apa kau bergabung dengan sebuah klub ?"
  "Tidak, aku hanya spontan saja mengingat tentang ini. Ayo kita lanjutkan ke kantin."

Sambil berjalan menuju kantin, aku merasa ada sesuatu yang akan terjadi dalam waktu dekat ini, berhubungan dengan festival budaya sekolah. Tapi sepertinya bukan suatu hal yang perlu kutakutkan, sepulang sekolah akan kulakukan sesuatu dengan sekolah ini. (gumamku)

  "Kita sudah sampai di kantin, sekarang kau duduk disana duluan saja Elsworth-san, biar aku yang memesan dan membawakan makanan."
  "Ya, baiklah "

     Lalu aku menuju bangku yang telah ditunjuk tadi. Keadaan kantin sangat ramai. Berbagai jenis manusia ada disini, dan juga yang menyerupai manusia atau menjelma sebagai manusia juga banyak. Tapi mereka semua terlihat akur satu sama lain.

  "Hei ! Sepertinya kau antusias sekali dengan kondisi kantin Elsworth-san. "
  "Ya, begitulah. Aku tak terbiasa berada di tempat seramai ini, aku perlu beradaptasi."
  "Owh, begitu tupanya. Ini makananmu ! Seporsi mie ramen. Mie ramen ini terkenal dengan rasanya yang nikmat, paling enak d sekolah ini. Cobalah ... !"
  "Mmm... baiklah. Terima kasih . Selamat makan !"

     Kucoba, dan ternyata memang benar enak. Serupa dengan enaknya nasi goreng buatan Kadinda. Setelah habis memakan mie ramen, aku ingin ke kamar mandi untuk buang air kecil.

  "Kadinda, terima kasih sudah mengajakku dan mentraktirkumakan, lain kali akan kubalas."
  "Tak perlu. Kau sudah sangat baik padaku, menyediakanku tempat tinggal, dan lainnya."
  "Hmm... terserahlah. Kau nanti kembali saja duluan ke kelas. Aku mau pergi ke kamar mandi dulu."
  "Oke, baiklah Elsworth-san."
  "Sampai nanti ..."


     Kemudian Kadinda kutinggal, aku pergi menuju kamar mandi yang berada di  bagian sudut lantai 2, karena disana kamar mandinya sepi dan jarang dipakai tapi sangatlah bersih.
     Saat sampai di depan pintu kamar mandi, aku mendengar suara wanita. TErdengar samar-samar namun aku yakin wanita itu meminta pertolongan. Kulacak sedikit dengan kemampuanku, dan ternyata benar di dalam kamar mandi pria ada seorang wanita yang sedang disekap mulutnya dan kedua tangannya diikat dan juga ada 5 orang laki-laki. Dugaanku, siwanita itu akan diperkosa oleh mereka.
     Aku bukan tipe orang yang suka mencampuri urusan orang lain tanpa alasan, tapi kali iniberbeda cerita. Lawan gadis itu tidak sepadan. Jika aku membiarkannya, masa depan gadis itu akan menjadi taruhannya. Tapi mungkin, jikaaku bertindak sedikit, masa depan gadis itu bisa kuselamatkan .



(Bersambung disini )



Beri kritik dan sarannya di kolom komentar ya, dan tolong subscribe post ini ^_^
Arigatou gozaimasu .

Source : Karya penerbit

0 komentar:

Posting Komentar