Jumat, 01 Mei 2015

Cerpen

CINTA BUKAN COKLAT

            Matahari mulai menampakkan senyumannya di ufuk timur. Bunga bunga bernyanyi menghiasi pagi bersamaan dengan burung burung yang berkejaran di langit biru. Kubuka korden dan kuhirup segarnya atmosfer pagi. Bukan seperti kebanyakan remaja, aku bukan tipe manusia yang suka bermalas malasan. Segera ku bergegas mandi dan bersiap siap berangkat ke rumah keduaku untuk menempa ilmu. Indahnya suasana pagi ini menambah semangatku untuk mengawali hariku dengan penuh makna.

            Hari ini adalah tahun ajaran baru dan kesempatan bagiku untuk menjejaki masa putih abu-abu yang penuh misteri.Perkenalkan namaku Denok Firmansyah. Kata kebanyakan orang yang sudah melompati masa ini, masa ini adalah masa masa paling indah bagi anak remaja. Entah benar atau tidaknya anggapan tersebut akan kucoba buktikan seiring dengan berlarinya waktu.

            Telah tampan diriku dan siap untuk pergi ke sekolah dan langsung berpamitan pada ibuku tercinta. Dengan penuh rasa bahagia kukayuh sepeda andalanku menuju sekolah baruku.Di tengah perjalanan aku bertemu dengan salah seorang temanku yang juga senasib denganku dan melanjutkan pendidikan di sekolah yang sama denganku. Ali namanya, orang yang baik dan bisa disebut teman baikku. “Eh, Den , bawa apa aja elu di hari pertama kita sekolah ini ?”tanyanya padaku. “Ah, gue mah gampangan kok li , Cuma bawa alat tulis lengkap sekotak pensinya sama 2 buku tulis kosong.” “Wah, samaan dong kayak gue juga , haha semalem elu ngintip gue pasti ya Den” balasnya. “Haha kurang kerjaan amat gua ngintip elu li, mending juga ngintip cewe, hahahaha !” balasku kembali. Tak terasa memang bila bersepeda dengan berbincang sudah membuat kami sampai di sekolah kami yang baru yakni SMA N 11 Semarang.

            Bel bordering kenjang memecah suasana sekolah, menandakan upacara bendera sekaligus upacara penerimaan siswa baru akan segera dimulai. Seluruh siswa baru dikonfirmasikan untuk meletakkan seluruh barang bawaannya di hall sekolah, kemudian menuju lapangan untuk mengikuti upacara. Aku dan Ali tentunya terus berdua karena sejujurnya tak ada yang kukenal selain Ali, selebihnya hanya wajah asing sejauh mata memandang. Upacara dimulai, seluruh siswa melaksanakan upacara dengan khitmat. Di akhir kegiatan upacara diinformasikan lagi bahwa seluruh siswa baru untuk segera berkumpul kembali di hall untuk mendapatkan pengarahan lebih lanjut.

            MOS , adalah hal yang harus kulalui bersama siswa lainnya . Selama 3 hari kedepan aku dan yang lainnya akan menjalani neraka itu. Masa dimana disuruh menuruti kakak kelas yang perintahnya aneh aneh dan menyusahkan. Selain itu, selama MOS kami dibagi menjadi 12 kelas sementara dan aku mendapat kelas X-4. Setelah mendapatkan pembagian kelas dan oengarahan aku langsung mencari dimana kelasku berada. Kutemukan kelasnya dan aku masuk. Sejumlah anak telah berkumpul di dalam dan berbicara berkenalan satu sama lain. Sepertinya mereka sudah saling kenal sebelum ini dan bisa berbicara satu sama lain walau dalam kelompok-kelompok kecil yang memisah. Aku memilih tempat duduk secara acak berdasar tampang orang yang kuanggap “tak menakutkan” dan wallaa akhirnya kududuk di sebelah laki laki yang cukup baik kiranya. Aku lantas berkenalan dan dia bernama Rey . Nama panjangnya sih Reyhan Baskoro. Well, itulah hari pertamaku di sekolah pertamaku yang penuh hal yang tak kuketahui. Sedikit pemandangan indah yang kudapat adalah dipilihlah ketua kelas sementara yang cantik dan cukup berani. Cika Dewi Adelia namanya dan aku sudah jatuh cinta pada pandangan pertama.

            Selepas dari hari itu, terngiang secara bertubi-tubi di ingatanku akan parasnya. Wajahnya yang cantik, senyumannya yang manis, rambutnya yang panjang bergelombang, serta kacamata itu yang benar benar membuatku mabuk.

            Masa Orientasi Siswa selama 3 hari itu aku lalui dengan mulus semulus jalan tol. Dan setelah masa orientasi itu ditentukan kelas tetap untuk kami para siswa baru. Pembagian kelas didasarkan pada hasil nilai pada rapor dan nilai UN smp dan dibagi atas kelas IPA dan IPS. Aku mendapat kelas X-IPA 1, mungkin karena nilai UNku yang cukup tinggi sehingga membuatku bisa masuk di kelas IPA nomor teratas. Tak kusangka juga teman sebangku semasa MOS si Rey dan juga ketua kelas cantik itu masuk di kelas yang sama. Berbunga bunga mekar hatiku.

            Tak mudah bagiku untuk bisa dekat dan berkenalan dengan wanita itu tapi kucoba terus semampuku sebisaku dengan segala keterbatasanku. Dan kuakui di masa ini kumerasakan bagaimana rasaya jatuh cinta itu. Biar ga dikatain jones alias jomblo ngenes, kucoba untuk mengejar cinta pandangan pertamaku ini. Bertukar nomor telepon menjadi awl yang baik kurasa dan berbincang hangat tiap hari kuanggap juga cara yang paling ampuh untuk pdkt. Rey berkata padaku “Eh Den, pasti elu suka ya sama si Cika ? Ngaku loe !” . “Wah ternyata kartunya kebuka dah sama elu Rey. Sssstt.... tapi diem aja jangan bilang sama temen temen yang lain ya.” “Siap, tenang aje. Aman kok !” balasnya. “Alhamdulillah deh kalo aman, gua kagak salah pilih temen nih”. Rey menyimpan rahasiaku bahwa aku jatuh cinta dengan Cika.

            Seiring dengan beralunnya waktu , aku dan Cika pun setidaknya sudah cukup dekat. Sms-an tiap haripun bukan hal yang asing lagi. Dan suatu ketika terjadilah sesuatu. Cika mendapatkan sebuah kesulitan dalam mengerjakan tugasnya dan saat itu waktunya sudah mepet sekali dan harus segera diselesaikan. Ia sudah berusaha dan minta bantuan sana sini tak ada yang menanggapi. Aku berfikir bahwa inilah kesempatan bagiku untuk menunjukkan cintaku kepadanya tanpa harus mengucapkannya. Bukan bermaksud ‘ada udang dibalik bakwan’ dan bukan juga ‘the power of kepepet’ tapi ini adalah ‘kesempatan emas’. Alhasil aku menanyakan apa masalah yang ia alami dan ia bercerita sedikit padaku. Ia mengalami kesulitan bahwa ia harus mengerjakan tugas remidi fisika yang dapatkan. Untungnya tugas itu tak terlalu sulit jadi aku bisa mengerjakannya walau tak semua kutuntaskan agar dia juga berusaha untuk mencoba mengerjakannya sendiri, akhirnya tugasnya pun terselesaikan. Dia pun tersenyum manis lalu terucap sebuah kata diantara senyumannya itu “terima kasih ya Den. Makasih banget !”. Kemudian hatikupun terasa senang dan membalasnya “sama-sama, kalau butuh bantuan biang aja, pasti aku bantu Cik.”

            Semenjak waktu itupun kami berdua smakin dekat. Aku berusaha untuk terus lebih dekat dengannya karena sejauh ini responnya padaku baik. Sebelum ini aku belum pernah jatuh cinta jadi suatu hal yang wajar jika aku tak paham bagaimana untuk menyenangkan hati wanita. Terlepas dari semua masalah itu, kulakukan perjuangan cintaku dengan caraku sendiri. Karena keseringan nonton film televise atau yang sering disebut FTV yang mayoritasnya berbau soal cinta, aku tiru beberapa trik yang ada termasuk dengan coklat. Yang aku maksudkan coklat adalah memberi coklat saat menyatakan perasaan kepada wanita incaran.

            Kutuggu hari yang kiranya klop dan tepat untuk menyatakan cinta. Menunggu dengan penuh kesabaran hingga sampailah di tanggal 14 februari atau yang umumnya disebut hari kasih saying.
          
            Dihari itu kegiatan bersekolah berjalan seperti biasa pada umumnya. Belajar dan belajar walau ada beberapa mata pelajaran kosong. Yah itulah hal wajar yang terjadi di masa putih abu abu. Sepulang sekolah adalah waktu yang tak pernah kubayangkan dan terlintas sama sekali di benakku untuk menyatakan cinta pada Cika. Menanti agar beberapa teman sekelas pulang terlebih dahulu dan mengurangi resiko malu dilihat banyak orang. Tinggalah beberapa orang teman termasuk Cika. Bermodalkan sebatang coklat dan seucap kata bismillah kukotakkan tekadku kubulatkan keberanianku. Aku melangkah mendekatinya dan berkata mengacuhkan keadaan sekitar yaitu teman temanku. “Cik, ada yang mau aku omongin ke kamu,” “Iya Den, ada apa ya ?”. Sambil memberikan coklat itu ketangannya lalu “ Sejak awal melihatmu , aku jatuh cinta padamu . Kamu cantik,manis, dan baik. MAukah kamu jadi pacarku ?” . Sejenak ia diam diantara teman temanku yang tersisa di kelas dan melihat aku dan Cika, kemudian Cika menjawab, “Mmm, Den . kurasa kita temenan aja deh. Aku gak mau karena cinta nanti ujung-ujungnya bisa jadi berantakan. Jadi maaf ya Den. Coklatnya aku terima sebagai tanda kamu temanku yang baik.” . Aku membalas “ Jadi... yah okelah Cik, aku paham maksudmu.”. Rasa kecewa sudah pasti dan ada sedikit rasa malu karena aku ditolak di hadapan teman-teman kelasku.  

            Sejak saat itu , aku mulai mengerti lebih dalam dan bisa memaknai apa itu cinta lebih baik. Cinta adalah sesuatu yang harus diperjuangkan. Tak bisa dibeli dengan barang apalagi coklat. Tak perlu diucapkan tapi harus diwujudkan dengan tindakan nyata yang tulus serta perasaan mengerti memahami satu sama lain.








Oleh : Dicky Armansyah



0 komentar:

Posting Komentar