CINTA BUKAN COKLAT
Matahari
mulai menampakkan senyumannya di ufuk timur. Bunga bunga bernyanyi menghiasi
pagi bersamaan dengan burung burung yang berkejaran di langit biru. Kubuka
korden dan kuhirup segarnya atmosfer pagi. Bukan seperti kebanyakan remaja, aku
bukan tipe manusia yang suka bermalas malasan. Segera ku bergegas mandi dan
bersiap siap berangkat ke rumah keduaku untuk menempa ilmu. Indahnya suasana
pagi ini menambah semangatku untuk mengawali hariku dengan penuh makna.
Hari
ini adalah tahun ajaran baru dan kesempatan bagiku untuk menjejaki masa putih
abu-abu yang penuh misteri.Perkenalkan namaku Denok Firmansyah. Kata kebanyakan
orang yang sudah melompati masa ini, masa ini adalah masa masa paling indah
bagi anak remaja. Entah benar atau tidaknya anggapan tersebut akan kucoba
buktikan seiring dengan berlarinya waktu.
Telah
tampan diriku dan siap untuk pergi ke sekolah dan langsung berpamitan pada
ibuku tercinta. Dengan penuh rasa bahagia kukayuh sepeda andalanku menuju
sekolah baruku.Di tengah perjalanan aku bertemu dengan salah seorang temanku
yang juga senasib denganku dan melanjutkan pendidikan di sekolah yang sama
denganku. Ali namanya, orang yang baik dan bisa disebut teman baikku. “Eh, Den
, bawa apa aja elu di hari pertama kita sekolah ini ?”tanyanya padaku. “Ah, gue
mah gampangan kok li , Cuma bawa alat tulis lengkap sekotak pensinya sama 2
buku tulis kosong.” “Wah, samaan dong kayak gue juga , haha semalem elu ngintip
gue pasti ya Den” balasnya. “Haha kurang kerjaan amat gua ngintip elu li,
mending juga ngintip cewe, hahahaha !” balasku kembali. Tak terasa memang bila
bersepeda dengan berbincang sudah membuat kami sampai di sekolah kami yang baru
yakni SMA N 11 Semarang.
Bel
bordering kenjang memecah suasana sekolah, menandakan upacara bendera sekaligus
upacara penerimaan siswa baru akan segera dimulai. Seluruh siswa baru
dikonfirmasikan untuk meletakkan seluruh barang bawaannya di hall sekolah,
kemudian menuju lapangan untuk mengikuti upacara. Aku dan Ali tentunya terus
berdua karena sejujurnya tak ada yang kukenal selain Ali, selebihnya hanya
wajah asing sejauh mata memandang. Upacara dimulai, seluruh siswa melaksanakan
upacara dengan khitmat. Di akhir kegiatan upacara diinformasikan lagi bahwa
seluruh siswa baru untuk segera berkumpul kembali di hall untuk mendapatkan
pengarahan lebih lanjut.
MOS
, adalah hal yang harus kulalui bersama siswa lainnya . Selama 3 hari kedepan
aku dan yang lainnya akan menjalani neraka itu. Masa dimana disuruh menuruti
kakak kelas yang perintahnya aneh aneh dan menyusahkan. Selain itu, selama MOS
kami dibagi menjadi 12 kelas sementara dan aku mendapat kelas X-4. Setelah
mendapatkan pembagian kelas dan oengarahan aku langsung mencari dimana kelasku
berada. Kutemukan kelasnya dan aku masuk. Sejumlah anak telah berkumpul di
dalam dan berbicara berkenalan satu sama lain. Sepertinya mereka sudah saling
kenal sebelum ini dan bisa berbicara satu sama lain walau dalam
kelompok-kelompok kecil yang memisah. Aku memilih tempat duduk secara acak
berdasar tampang orang yang kuanggap “tak menakutkan” dan wallaa akhirnya
kududuk di sebelah laki laki yang cukup baik kiranya. Aku lantas berkenalan dan
dia bernama Rey . Nama panjangnya sih Reyhan Baskoro. Well, itulah hari
pertamaku di sekolah pertamaku yang penuh hal yang tak kuketahui. Sedikit
pemandangan indah yang kudapat adalah dipilihlah ketua kelas sementara yang
cantik dan cukup berani. Cika Dewi Adelia namanya dan aku sudah jatuh cinta
pada pandangan pertama.
Selepas
dari hari itu, terngiang secara bertubi-tubi di ingatanku akan parasnya.
Wajahnya yang cantik, senyumannya yang manis, rambutnya yang panjang
bergelombang, serta kacamata itu yang benar benar membuatku mabuk.
Masa
Orientasi Siswa selama 3 hari itu aku lalui dengan mulus semulus jalan tol. Dan
setelah masa orientasi itu ditentukan kelas tetap untuk kami para siswa baru.
Pembagian kelas didasarkan pada hasil nilai pada rapor dan nilai UN smp dan
dibagi atas kelas IPA dan IPS. Aku mendapat kelas X-IPA 1, mungkin karena nilai
UNku yang cukup tinggi sehingga membuatku bisa masuk di kelas IPA nomor
teratas. Tak kusangka juga teman sebangku semasa MOS si Rey dan juga ketua
kelas cantik itu masuk di kelas yang sama. Berbunga bunga mekar hatiku.
Tak
mudah bagiku untuk bisa dekat dan berkenalan dengan wanita itu tapi kucoba
terus semampuku sebisaku dengan segala keterbatasanku. Dan kuakui di masa ini
kumerasakan bagaimana rasaya jatuh cinta itu. Biar ga dikatain jones alias
jomblo ngenes, kucoba untuk mengejar cinta pandangan pertamaku ini. Bertukar
nomor telepon menjadi awl yang baik kurasa dan berbincang hangat tiap hari
kuanggap juga cara yang paling ampuh untuk pdkt. Rey berkata padaku “Eh Den,
pasti elu suka ya sama si Cika ? Ngaku loe !” . “Wah ternyata kartunya kebuka
dah sama elu Rey. Sssstt.... tapi diem aja jangan bilang sama temen temen yang
lain ya.” “Siap, tenang aje. Aman kok !” balasnya. “Alhamdulillah deh kalo
aman, gua kagak salah pilih temen nih”. Rey menyimpan rahasiaku bahwa aku jatuh
cinta dengan Cika.
Seiring
dengan beralunnya waktu , aku dan Cika pun setidaknya sudah cukup dekat. Sms-an
tiap haripun bukan hal yang asing lagi. Dan suatu ketika terjadilah sesuatu.
Cika mendapatkan sebuah kesulitan dalam mengerjakan tugasnya dan saat itu
waktunya sudah mepet sekali dan harus segera diselesaikan. Ia sudah berusaha
dan minta bantuan sana sini tak ada yang menanggapi. Aku berfikir bahwa inilah
kesempatan bagiku untuk menunjukkan cintaku kepadanya tanpa harus
mengucapkannya. Bukan bermaksud ‘ada udang dibalik bakwan’ dan bukan juga ‘the
power of kepepet’ tapi ini adalah ‘kesempatan emas’. Alhasil aku menanyakan apa
masalah yang ia alami dan ia bercerita sedikit padaku. Ia mengalami kesulitan
bahwa ia harus mengerjakan tugas remidi fisika yang dapatkan. Untungnya tugas
itu tak terlalu sulit jadi aku bisa mengerjakannya walau tak semua kutuntaskan
agar dia juga berusaha untuk mencoba mengerjakannya sendiri, akhirnya tugasnya
pun terselesaikan. Dia pun tersenyum manis lalu terucap sebuah kata diantara
senyumannya itu “terima kasih ya Den. Makasih banget !”. Kemudian hatikupun
terasa senang dan membalasnya “sama-sama, kalau butuh bantuan biang aja, pasti
aku bantu Cik.”
Semenjak
waktu itupun kami berdua smakin dekat. Aku berusaha untuk terus lebih dekat
dengannya karena sejauh ini responnya padaku baik. Sebelum ini aku belum pernah
jatuh cinta jadi suatu hal yang wajar jika aku tak paham bagaimana untuk
menyenangkan hati wanita. Terlepas dari semua masalah itu, kulakukan perjuangan
cintaku dengan caraku sendiri. Karena keseringan nonton film televise atau yang
sering disebut FTV yang mayoritasnya berbau soal cinta, aku tiru beberapa trik
yang ada termasuk dengan coklat. Yang aku maksudkan coklat adalah memberi
coklat saat menyatakan perasaan kepada wanita incaran.
Kutuggu
hari yang kiranya klop dan tepat untuk menyatakan cinta. Menunggu dengan penuh
kesabaran hingga sampailah di tanggal 14 februari atau yang umumnya disebut
hari kasih saying.
Dihari
itu kegiatan bersekolah berjalan seperti biasa pada umumnya. Belajar dan
belajar walau ada beberapa mata pelajaran kosong. Yah itulah hal wajar yang
terjadi di masa putih abu abu. Sepulang sekolah adalah waktu yang tak pernah
kubayangkan dan terlintas sama sekali di benakku untuk menyatakan cinta pada
Cika. Menanti agar beberapa teman sekelas pulang terlebih dahulu dan mengurangi
resiko malu dilihat banyak orang. Tinggalah beberapa orang teman termasuk Cika.
Bermodalkan sebatang coklat dan seucap kata bismillah kukotakkan tekadku
kubulatkan keberanianku. Aku melangkah mendekatinya dan berkata mengacuhkan
keadaan sekitar yaitu teman temanku. “Cik, ada yang mau aku omongin ke kamu,”
“Iya Den, ada apa ya ?”. Sambil memberikan coklat itu ketangannya lalu “ Sejak
awal melihatmu , aku jatuh cinta padamu . Kamu cantik,manis, dan baik. MAukah
kamu jadi pacarku ?” . Sejenak ia diam diantara teman temanku yang tersisa di
kelas dan melihat aku dan Cika, kemudian Cika menjawab, “Mmm, Den . kurasa kita
temenan aja deh. Aku gak mau karena cinta nanti ujung-ujungnya bisa jadi
berantakan. Jadi maaf ya Den. Coklatnya aku terima sebagai tanda kamu temanku
yang baik.” . Aku membalas “ Jadi... yah okelah Cik, aku paham maksudmu.”. Rasa
kecewa sudah pasti dan ada sedikit rasa malu karena aku ditolak di hadapan
teman-teman kelasku.
Sejak
saat itu , aku mulai mengerti lebih dalam dan bisa memaknai apa itu cinta lebih
baik. Cinta adalah sesuatu yang harus diperjuangkan. Tak bisa dibeli dengan
barang apalagi coklat. Tak perlu diucapkan tapi harus diwujudkan dengan
tindakan nyata yang tulus serta perasaan mengerti memahami satu sama lain.
Oleh : Dicky
Armansyah
0 komentar:
Posting Komentar